Ocehan Si Jepitbebek
Tuesday, January 24, 2012
Sudah dua bulan
Sunday, December 18, 2011
Masak adalah sebuah hasrat
Tuesday, November 22, 2011
Nasi besek
Sekitar 3 minggu yang lalu, saya ‘ngidam’ bisa makan nasi besek atau yang biasa disebut nasi berkat. Paket nasi yang tersedia ketika ada selamatan atau makanan yang sudah dibacakan doa. Entah kenapa. Saya tiba-tiba menginginkannya.
Lalu saya tulis di tweet. “Pengen nasi besek”
Lalu kamu balas, “Adanya nasi bebek”
Saya balas lagi, “Gue maunya nasi besek”
Kamu balas dengan, “Ya udah, lo suruh aja Mamet beli nasi dan lauk terus dimasukin ke kardus. Jadi deh nasi besek”
Dan saya tertawa. Saya yakin kamu juga pasti tertawa disana, di kamar kamu yang sejuk. Karena kamu sedang sakit, tidak bisa kemana-mana.
Lalu, satu minggu lalu, tanggal 17 November 2011, tepat 7 harinya kamu ‘berpulang’ selesai tahlilan, saya menerima paket nasi besek, dalam plastik hitam. Bunyi kresek-kresek plastik yang terpilin seperti pita itu membuat hati saya ciut.
Saya tersedak. Air mata saya langsung menggenang. Saya ingat perbincangan kita di twitter tempo hari.
Kenapa pada akhirnya kamu yang harus memberikan nasi besek ini ke saya?
Kenapa pada akhirnya kamu yang memenuhi keinginan saya?
Dan kenapa-kenapa lainnya.
Saya menghembuskan napas panjang.
Uke!
Kamu tahu, sepanjang perjalanan oulang saya berusaha memilih, antara ingin memakan nasi berkat itu atau akan saya puas-puaskan diri saya untuk memandangi nasi besek itu dan memenuhi benak saya dengan kenangan kita. Pembicaraan kita.
Saya kangen kamu. Sepenuh hati saya sayang kamu.
Dan saya ingin sekali bisa belajar menerima kenyataan, bahwa sejak sekarang saya harus terbiasa hidup tanpa kamu!
Nasi besek itu sudah saya makan, malam itu juga. Setelah mendapatkan nasehat kanan kiri, untuk segera dimakan, karena nasi itu sudah didoakan, ‘pemberian’ kamu.
Kamu memang selalu tahu apa yang saya inginkan ya? Meski itu hanya sekedar nasi besek sederhana.
H. Nawi
Selasa/22 November 2011
Nasi besek itu mengenyangkan perut saya. Termasuk kenangan saya akan kamu!
Dalam kenangan, R. Awwal Sugih Handika Putra [Uke]
Sepupu saya tercinta
Friday, October 28, 2011
Berada diantara dua bantal
Semalam saya tidur diantara dua bantal. Tepat ditengah-tengah. Berusaha melepaskan penat dan kesulitan untuk tidur.
Mata saya nanar menatap langit-langit kamar. Berusaha untuk mencari tahu alasan kegelisahan. Berusaha menterjemahkan kegusaran yang telah berlangsung sekian lama. Masalah perasaan.
Saya memilih untuk tidur diantara dua bantal dengan harapan benak saya tidak berat sebelah dalam memikirkan kita. Saya berharap ada solusi yang baik untuk isu kita. Baik untuk semua.
Tangan saya bentangkan ke dua sisi, kanan dan kiri. Seolah-olah saya sedang mengambang di kasur berbalutkan air. Mengambang. Dinginnya kamar, bekunya dinding, hujan di luar jendela, bunyi suara air yang jatuh ke tanah membuat kepiluan saya bertambah.
Dimana kamu saat saya butuh kamu?
Saya rindu.
Kepala saya berada di dua ujung bantal. Mungkin karena ego saya menginginkan tidak ada siapa-siapa lagi di sisi kanan dan kiri saya. Sedang ingin sendiri. Begitu tepatnya. Sedang ingin meratapi kesendirian. Mencekam sekali.
Merasa sendiri itu menakutkan sekaligus melegakan. Tidak akan ada yang menghakimi kecuali pikiranmu sendiri.
Sehingga ketika air mata saya mulai banjir turun, membasahi kedua sisi wajah saya, kemudian turun ke dua telingan saya, lalu pasti dia akan membasahi kedua sisi bantal ini.
Dimana kamu saat saya butuh kamu?
Rumah Warna
Jumat, 28 Oktober 2011
Selesai pk. 21.44 WIB
Dalam keadaan asam lambung naik.
Sunday, October 16, 2011
Kematian
Berpikir tentang kematian, membuat saya takut. Seperti apa rupanya nanti? Rasanya nanti? Rupaku nanti? Rasaku nanti.
Berpikir tentang kematian, membuat saya ingin terus bersamaan dengan kekasih saya. Tidak ingin berhenti bilang “sayang”. Saya takut tidak ada waktu banyak.
Berpikir tentang kematian, membuat saya ingin pulang dan meringkuk dalam pelukan ibunda. Apa rasanya jika aku tidak bisa merasakan keseluruhan beliau lagi?
Berpikir tentang kematian, membuat saya ingin mengumpulkan kembali koleksi foto-foto mulai saya lahir hingga detik ini saya disini. Pasti akan menjadi sebuah dokumentasi yang panjang. Karena hidup saya rumit.
Berpikir tentang kematian, membuat saya ingin berdoa banyak dan memohon sama Tuhan, “Jangan ambil saya sekarang. Karena saya belum banyak mengabdi kepadaNya dan kehidupan”
Berpikir tentang kematian, membuat saya merasakan sesak dan basah di wajah. Dimana saya harus taruh keranjang cinta dan harapan saya?
Apakah boleh saya bawa kesana Tuhan?
Saya ingin tetap merasakan kehangatan dari cinta dan harapan.
Minggu, 16 Oktober 2011
Kuricang di sore hari. Beberapa tetes air mata dan teh manis hangat.
Monday, September 26, 2011
Dablek
Kata ibu saya, saya anak perempuan yang dablek. Susah diberitahu. Susah dinasehati. Dan tentu saja semaunya sendiri. Tentu saja. Sayapun merasakan hal yang sama. Saya hanya menjadi anak yang penurut untuk masalah pendidikan saja tapi selebihnya saya cukup pemberontak dan cukup keras juga mengatakan hal-hal yang menurut saya tidak benar. Jadi tidak jarang pula pertengkaran saya dengan ayah dan ibu menjadi sebuah drama di beberapa babak dalam hidup saya.
Saya tidak suka diatur. Apalagi untuk alasan-alasan yang tidak masuk akal. Titik.
Menjadi dablek ada untung dan ruginya juga. Karena ketika saya sudah menginginkan sesuatu, itu hukumnya KUDU buat saya. Harus saya dapatkan. Mungkin karena itu juga saya suka kompetisi. Untungnya yang caranya sehat. *pembenaran*
Ah, saya tidak suka main kotor untuk mendapatkan sesuatu.
Dan menjadi dablek juga berarti tidak menghiraukan semua tudingan, komentar, penilaian orang lain terhadap saya. Motto saya adalah, “Gue nggak minta makan sama elo. Enyahlah!” (saya tertawa geli). Biasanya saya memang maju terus pantang mundur sampai nubruk atau kejedot. Cuek lebih baik buat saya daripada saya harus ambil hati apa komentar orang tentang saya. Nggak penting.
Bicara tentang dablek, beberapa waktu lalu ibu saya menasehati saya tentang hubungan cinta saya dengan seseorang. Karena ibu saya menilai hubungan saya dengan pasangan saya itu kompleks dan membuat saya uring-uringan terus. Tidak baik untuk kesehatan, begitu kata beliau. Yang paling saya ingat betul dari nasehat beliau adalah ketika kita menghadapi pilihan yang sulit dan disatu sisi kita merasa tidak mampu untuk melepasnya pilihannya hanya dua, selesai sama sekali atau ya dablek! Selesai berarti ya tinggalkan hubungan itu untuk kebaikan bersama, atau saya harus dablek sedablek-dableknya menghadapi semua masalah yang ada sama pasangan saya. Cuek bin bebek. Positif saja melihat masalah dan percaya pasti ada solusinya. Saya tidak boleh lagi mengeluh, menangis bahkan bolak balik bilang ‘saya ingin putus’ tapi ternyata tetap balik juga ke pasangan saya. Ironis sekali kan?
Tapi saya pikir apa yang ibu saya bilang itu benar. Kalau saya memang memilih keadaan hubungan saya sekarang ya berarti saya harus terima apa adanya dengan berbesar hati. Tidak boleh menyimpan dugaan2 negatif bahkan kebencian. Saya harus hapus semua itu dan menjadi DABLEK. Cuek. Maju terus. Sampai saya bisa mengambil pembelajaran dari lakon yang sedang saya mainkan saat ini.
Sekali-sekali egois sama diri sendiri itu benar adanya. Secukupnya. Tetap waspada sama keputusan yang diambil dan berbesar hati menerima resikonya.
Saya pikir saya seorang ‘risk taker’. Saya berani dengan apa yang namanya resiko.
26 September 2011 / Senin
Saya tidak ada masalah menjadi dablek. Sama sekali tidak.
Wednesday, September 21, 2011
Semoga terkabul, amin!
Aduh. Hari ini saya mendadak lunglai. Saya patah hati. Saya ditipu. Rabu dinihari terasa begitu kelabu. Bahkan saya tidak sanggup menangis demi meringankan pilu.
Dua tidak lagi menjadi satu kini. Sekarang kami masing-masing. Terjadi sudah. Sebuah ledakan keputusan. Entah emosi atau tidak saya tidak peduli lagi. Yang saya tahu hati saya remuk berantakan, kekecewaan yang sangat. Semua kebohongan dia membuat saya ingin muntah.
Mulut saya seperti telah siap mencaci. Siap sekali!
Setan alas! Nah.
Detik ini saya berdoa, semoga satu saat dia bisa paham rasanya rasaku kini.
Semoga terkabul. Amin!
21 September 2011 / Rabu
Hari ini kamu berhasil mematahkan hati saya